SISTEMATIKA PENULIASAN KARYA
ILMIAH
Disusun
oleh :
Iqbal
Aditya M (13112761)
Yoga Ari Kumoro (17112817)
Restina Hotni Ganda N. (16112150)
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara Zaire menjadi perhatian
dunia karena disana banyak penderita meninggal akibat serangan Demam Berdarah
Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas yang relatif baru, yaitu
virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari penderita-penderita
di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang
berasal dari Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal
virus tersebut diisolasi pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah
terserang Demam Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke
negara lain yang dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba canggih.
Di Kongo Barat Laut 5000 ekor
gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang memusnahkan hampir separuh
populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak yang mati akibat virus
ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini terutama
tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga
bisa terinfeksi oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976
di Kongo, dan sejauh ini hanya ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola
terakhir di Uganda pada Oktober 2000, ketika 173 orang meninggal dan total 426
orang terdiagnosis mengidap virus itu di Uganda bagian utara. Penularan virus
Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal dunia, karena sampai
sekarang virus ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus
ini.
Di Tiongkok jumlah korban penyakit
misterius yang baru-baru ini melanda Propinsi Sichuan, telah mencapai 163
kasus, dimana 32 korban meninggal dan 27 dalam keadaan kritis. Gejala-gejala
penyakit tersebut telah menimbulkan dugaan di kalangan para ahli, bahwa virus
Ebola merupakan penyebabnya (Yun, Y, www.asianresearch.org).
WHO menyatakan lebih dari 1.000
orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama kali teridentifikasi pada
1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan cepat karena virus
ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain. Sampai
saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di
seluruh dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam,
sakit kepala, tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut.
Di Indonesia,
sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus Ebola.
Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup
kemungkinan virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha
pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di
Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan karena
sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus
Ebola.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada
latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini
adalah ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola,
gejala demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya pencegahan, upaya
pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam Ebola.
1.3.
Tujuan
Tujuan yang
ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri dan
struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola,
cara penularan virus Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi
bagi mantan penderita demam Ebola.
1.4.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil
penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit
demam ebola, mulai dari ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi
virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya
pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam
Ebola.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Ciri-Ciri dan Struktur Virus Ebola
Demam Berdarah Ebola (Demam
Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu virus yang termasuk kedalam
keluarga Filoviridae. Para ilmuwan sudah mengidentifikasi empat jenis virus
Ebola. Tiga telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu
virus Ebola Zaire, virus Ebola Sudan, dan virus Ebola Ivory. Virus-virus ini
telah menyebabkan penyakit pada manusia di negara-negara Afrika. Jenis keempat
dari virus Ebola ini yaitu virus Ebola Reston, yang ditemukan Reston, Virginia
Amerika Serikat. Ternyata virus ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Subtipe ini ditemukan pada sejenis monyet macaca yang didatangkan dari
Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus
Ebolavirus, familia Filoviridae yang merupakan salah satu daripada dua kumpulan
virus RNA benang-negatif. Virus Filo mempunyai bentuk biologi seperti
morfologi, kepadatan, dan profile elektrophoresis gel polyacrylamide. Virus ini
telah dikelaskan kepada virus paramyxo dengan menggunakan kaedah urutan DNA.
Familia Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm, dan pajang mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul
lurus, bebenang RNA negatif, yang tidak bersendi. Semua genome virus Filo
mempunyai ciri-ciri serupa, dan mempunyai banyak sisa adenosine dan uridine.
Gen virus Ebola mengandung transkrip urutan tetap pada 3′ dan transkrip urutan
terakhir pada 5′. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg adalah,
virus Ebola menunjukkan tiga penumpukan yang berselang di antara turutan
antara-gen (intergenetic) sementara virus Marburg hanya mempunyai satu
penumpukan yang kedudukannya berbeda dengan virus Ebola. Virus Filo secara
morfologi menyerupai bentuk virus rhabdo, akan tetapi virus Filo mempunyai
ukuran yang lebih panjang. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron, bentuk virus Filo seperti berfilament (berbenang halus), atau
kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk "U",
"b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh
polypeptida diantaranya RNA genome ca. 19.0 kb, yang mencakup Glycoprotein
(GP), Nucleoprotein (NP), RNA-DEPENDENT RNA Polymerase (L), VP35, VP30, VP40,
dan VP24.
2.2.
Cara Mendeteksi Virus Ebola
Untuk mendeteksi apakah seseorang
terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigen-capture enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain reaction (PCR), dan
mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk mengetahui adanya virus Ebola
dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu).
Mendeteksi penyebab penyakit cacar
air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat ini bisa dilakukan dengan
mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan melalui jaringan
telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute for Silicon
Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan mikrokomputer
dari Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup mengambil DNA
atau bagian tubuh atau benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu dimasukkan
sebuah kotak seukuran tv 10 inc (eBiochip Adaptor). Instrumen yang bekerja
dengan bantuan komputer portabel ini, dengan mudah kemudian mendeteksi kadar
virus, racun, bakteri, atau patogen, yang telah menjangkiti tubuh manusia, atau
hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System Portable Instrument. Alat ini
dengan cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus Ebola lewat perangkat
eBiochipstick. Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri, virus,
atau racun berbahaya dalam tubuh manusia cukup dengan sebuah chip seukuran
disket HDD yang tebalnya tak lebih dari koin Rp 500,- dan mengurai protein
dengan analisis akurat.
Berdasarkan data
departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis racun, bakteri
patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox
(cacar air), eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia,
brucellus, Q-fever, dan virus Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri
penyakit anthrax yang sporanya bisa bertahan hingga di atas 40 tahun pun masih
bisa dideteksi oleh alat ini. Kadar infeksi bakteri penyakit yang bisa menular
ke manusia ini dengan dini bisa dideteksi dan diurai kadar racunnya (Sriwijaya
Post, Mendeteksi Virus Ebola Lewat Telepon Genggam, 2006).
2.3.
Gejala Demam Ebola
Sepanjang masa inkubasi (gejala
awal), yang dapat berlangsung selama 1-3 minggu, gejala demam ebola meliputi:
radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala, rasa tidak enak
badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah. Sedangkan pada
gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal,
pendarahan dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur
(pendarahan gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada
organ genital (labia dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui
permukaan kulit (hemorrhagic), rongga atas mulut terlihat memerah,
pingsan, kegagalan fungsi hati, dan mata menjadi gelap. (Robertus S.W dan Tony
H). Gejala lain yang kerap ditunjukkan oleh orang yang terinfeksi Ebola adalah
bintik-bintik merah di kulit, mata merah, dan mata berdarah.
Tapi dalam wabah terbaru di Uganda,
pasien meninggal dengan gejala demam dan muntah. Gejala yang bisaanya tidak
terlihat pada pasien ebola inilah yang membuat WHO menjadi khawatir. Hal itu
menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang mematikan. Bentuk baru
virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian barat. Dalam
waktu kurun dari sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang
(Koran Tempo, 2007).
Sebanyak 90 persen pasien yang
terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10 persen saja pasien yang
terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat. Secara umum kematian pasien yang
terinfeksi Ebola disebabkan karena tekanan psikologis, dan sedikit
kematian yang diakibatkan akibat kekurangan darah.
2.4.
Cara Penularan Virus Ebola
Virus Ebola
adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat menyebar melalui
penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melakukan kontak dengan
seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meningggal karena
terserang Virus Ebola.
Cara infeksi virus Ebola dalam
tubuh manusia adalah sebagai berikut. Pertama, sekitar satu minggu setelah
infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel hati. Kedua,
penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan menghancurkan
organ atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi
virus Ebola akan menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan internal
secara besar-besaran (masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambal kerja
sistem pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian seketika pada pasien. Cara
penularan atau infeksi virus Ebola pada manusia, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Mekanisme
Infeksi Virus Ebola
(Sumber: www.
images.encarta.msn.com)
2.5.
Upaya Pencegahan
Tim peneliti
dari Amerika dan Kanada yang dipimpin Dr Anthony Sanchez melaporkan
perkembangan tentang virus Ebola dalam pertemuan ke-162 Komunitas Mikrobiologi
Umum yang digelar di gedung Pusat Konferensi Internasional Edinburgh. Menurut
Sanchez, dengan pola transportasi perjalanan lintas benua dan pariwisata yang
berkembang demikian pesat beberapa waktu terakhir telah membuat virus Ebola
menyebar dari tempat paling terasing ke seluruh belahan di dunia. Utnuk itu
diperlukan upaya pencegahan yang bisa meminimalkan meluasnya wabah penyakit
yang disebabkan oleh virus Ebola.
Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular oleh virus Ebola, antara lain:
menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak
dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan mengggunakan
perlengkapan khusus seperti baju yang bisaa digunakan di Laboratorium yang
fungsinya menghindari penularan oleh virus Ebola. Dengan demikian, diharapkan
kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat di hindari. Selain itu,
mayat para korban yang meninggal akibat virus Ebola harus dimusnahkan karena
penyebaran utama virus ini melalui darah, yang menyebabkan para dokter yang
terkena darah dari pasien yang terinfeksi, akan mengalami kematian seperti yang
terjadi di Afrika.
Menon-aktifkan
virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa dilakukan
yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan
formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic
dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether.
Gambar 6. Penyemprotan
Disinfektan di Tempat Isolasi Pasien Demam Ebola
Sumber:
www.stanford.edu
Gambar 7. Staf Medis
dari Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) Merawat Seorang Pasien yang Diduga
Terjangkit Virus Ebola di Kongo
2.6.
Pengobatan
Sampai dengan
saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan diujikan
kepada manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase
uji-klinis. Menurut Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang
bisa sangat mematikan, tapi monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut
dan ini bisa menjadi contoh yang sangat bermanfaat bagi uji-coba terhadap
binatang. Pengujian vaksin Ebola dengan menggunakan primata memberikan
perkembangan yang menjanjikan bagi hadirnya vaksin pelindung
(www.mediaindonesia.com).
Ada beberapa hal
yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah Ebola) sangat
dikhawatirkan, antara lain:
1. Serangannya
muncul secara sangat mendadak
2. Gejala-gejala
klinik sangat berat.
3. Menimbulkan
kematian dalam waktu yang sangat singkat.
4. Angka
kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.
Karena Virus Ebola mampu berpindah
dari penderita ke orang lain, sehingga transportasi sangat mendukung
kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian dunia dalam waktu yang sangat
singkat.
Belum ada obat yang efektif untuk
menyembuhkan Demam Berdarah Ebola.
Vaksin Demam Berdarah Ebola (DBE)
hingga kini belum dapat dibuat (Sumber: Halim, M).
2.7.
Rehabilitasi
Rehabilitasi
bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bisa dilakukan dengan tidak
mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar kematian
yang disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekana secara
psikologis. Apabila kita mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan
penderita virus Ebola, justru hal ini akan semakin memperburuk kondisi
kesehatan penderita tersebut. Untuk itulah diperlukan upaya rehabilitasi yang
intensif terhadap para penderita virus Ebola agar kondisi fisik dan
psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi kepada pasien
tersebut untuk secepatnya bisa sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh virus
Ebola. Akan tetapi, proses rehabilitasi ini tentunya harus dilakukan secara
hati-hati dan lebih waspada, mengingat virus Ebola bisa menular dengan sangat
cepat dari penderita kepada orang lain melalui kontak. Rehabilitasi juga
sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril, atau pada ruang isolasi
khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus
Ebola.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Demam Berdarah
Ebola ( Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu virus yang
termasuk kedalam genus Ebolavirus, keluarga Filoviridae. Ada empat jenis virus
Ebola, yaitu virus Ebola-Zaire, virus Ebola-Sudan, virus Ebola-Ivory dan
virus Ebola Reston. Untuk mendeteksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian
antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA,
polymerase chain reaction (PCR).
Gejala demam
ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala,
rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah.
Pada gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal,
pendarahan dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur
(pendarahan gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada
organ genital (labia dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui
permukaan kulit (hemorrhagic).
Virus Ebola
dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau
melakukan kontak dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang
sudah meningggal karena terserang virus Ebola. Upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan
kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola. Sampai dengan saat
ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
3.2.
Saran
Meskipun sampai
dengan saat ini belum ada laporang tentang adanya penyakit yang disebabkan oleh
virus Ebola, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus Ebola
mengingat virus ini sangat cepat menular, dapat dengan cepat menyebabkan
kematian, dan sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah
infeksi oleh virus Ebola.
Daftar Pustaka
Alek, 2000. http://www.bozz.com, diakses 2 April
2008.
Brooks, G.F, Bustel, J.S, and Ornston, L.N. Tanpa
tahun. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Nugroho, E dan Maulany, R.F.
1996. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Halim, M. Suplement Vol 26 No.3 Juli-September 2005.
http://www.harianterbit.com, diakses 2 April 2008.
Olson, http://www.ualr.edu, diakses 2 April 2008.
Robertus S.W &Tony H,
http://mikrobia.wordpress.com, diakses 2 April 2008.
Schnurrenberger, P.R. and Hubbert, W.T. Tanpa tahun.
Ikhtisar Zoonosis. Terjemahan oleh Molyono, E. 1991. Penerbit ITB Bandung.
Sunarto, http://www.wikimu.com/News, diakses 2 April
2008.
Yun, Y. 2004 http://www.asianresearch.org/articles,
diakses 2 April 2008.
Zintzen. P, 2007. http://www.suarapembaruan.com/News,
diakses 2 April 2008.
Koran Tempo, Desember 2007. Penelitian Pengobatan
Ebola dan Marburg.
Sriwijaya Post, Sabtu, 8 April 2006. Mendeteksi
Virus Ebola Lewat Telepon Genggam. hlm 17